Minggu, 29 Juni 2008

KERUSAKAN TERUMBU KARANG di PULAU SAPONDA

KERUSAKAN TERUMBU KARANG

DIPERAIRAN PULAU SAPONDA KAB. KONAWE

Satuan Kerja Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Kendari Direktorat Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan telah membangun kemitraan dengan Yayasan Pelestarian Laut dan Pantai – Marine And Coastal Conservation Foundation (MCCF) merupakan Lembaga Swadaya Masyarkat Lokal Sulawesi Tenggara dalam melaksanakan kegiatan Identifikasi Kerusakan Terumbu Karang.

Adapun tim pelaksana Identifikasi kerusakan terumbu karang di perairan Saponda Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe Sultra, adalah sebagai berikut :

No

Nama

Jabatan

Keahlian

Lembaga/Institusi

1.

Mukhtar, A.Pi

Ketua

Ahli Penangkapan Ikan & PPNS Perikanan

Satker PSDKP Kendari

2.

Abunaim M, S. Pi

Sek.

Manajemen Sumberdaya Perairan

YPLP- MCCF

3.

Andi Mannojengi, A.Pi

Sda

Ahli Penangkapan Ikan & PPNS Perikanan

Satker PSDKP Kendari

4.

Ld. Umardin, S.Pi

Sda

MSP/ Scuba Diver

YPLP – MCCF

5.

Yusran Rahman, S.Pi

Sda

MSP/ Scuba Divier

YPLP- MCCF

6.

Briptu Alwi

Sda

Ahli Identifikasi Bom & Penyidik

Densus 88 Polda Sultra

7.

M a r w a n

sda

Ahli Penangkapan Ikan

Satker PSDKP Kendari

8

Ishaq Warsandi, S.Pi

Sda

Manajemen Sumberdaya Perairan

YPLP - MCCF

Dari hasil identifikasi kondisi terumbu karang yang dilakukan di perairan Pulau Saponda secara umum kondisi rusak dengan persentase penutupan karang hidup antara 22,16 % - 69,14 %, sedangkan persentase penutupan karang mati antara 30,8 % - 77,84 % dengan tipe terumbu karang tepi (fringing reef).

Stasiun I

Stasiun I dengan posisi 03º59'6" LS dan 122º46'38" BT (diukur menggunakan Global Position System), pada kedalaman 3 meter persentase penutupan karang hidup pada stasiun ini sebesar 23,78 % (kondisi rusak). Penutupan karang hidup didominasi karang dengan life form coral masive (CM), coral branching (CB) dan coral acrophora branching (ACB). Sedangkan persentase penutupan karang mati didominasi oleh patahan karang (RB) sebesar 46,82 % dan karang mati (DC) dengan nilai penutupan 14,4 %.

Pada stasiun I kedalaman 10 meter persentase penutupan karang hidup pada stasiun ini sebesar 34,04 % (Kondisi sedang ). Penutupan karang hidup didominasi karang dengan life form coral masive (CM) dan coral Mushroom (MCR). Sedangkan persentase penutupan karang mati pada kedalaman ini didominasi oleh karang mati (DC) yang cukup tinggi ( 40,5 %) dan pasir(SD) yaitu 25,44 %.

Kondisi pada stasiun I berada pada kondisi yang sedang hingga rusak, hal ini diakibatkan oleh kegiatan illegal fishing (pemboman), Destructive fishing (menangkap dengan cara merusak), selain itu kegiatan penambangan karang untuk bahan bangunan rumah, ini terbukti dengan adanya beberapa penduduk yang memiliki karang dirumah mereka.

Stasiun II

Pada stasiun II dengan posisi 03º58'28" LS dan 122º46'48" BT kedalaman 3 meter persentase penutupan karang hidup pada stasiun ini sebesar 69,14 % (kondisi baik). Jenis karang hidup didominasi oleh karang life form Non acropora branching (CB), Soft Coral (SC) dan Non acropora masive (CM). Sedangkan karang mati didominasi karang mati (DC) dan pasir(SD) dengan nilai masing-masing 25,1 % dan 5,78 %.

Sedangkan pada kedalamam 10 meter persentase penutupan karang hidup sebesar 47,36 % (kondisi baik), jenis karang hidup didominasi oleh Non acropora masive (CM), soft coral (SC). coral acrophora branching (ACB).

Kondisi pada Stasiun II dalam kondisi baik, hal ini terjadi karena aktivitas penangkapan nelayan pada stasiun ini hanya dengan menggunakan pancing dan jaring yang tidak merusak karang, dan karang yang dominan adalah Non acropora branching (CB) yang tidak ditambang oleh nelayan untuk bahan bangunan.

Stasiun III

Stasiun III dengan dengan posisi 03º59'03" LS dan 122º45'43" BT pada kedalaman 3 meter persentase penutupan karang hidup pada stasiun ini sebesar 29,2 % (kondisi sedang). Penutupan karang hidup pada stasiun ini didominasi oleh karang dengan life form acropora branching (ACB), Non acropora massive (CM), Soft Coral (SC). Sedangkan penutupan karang mati didominasi oleh pasir (SD) dan patahan karang (RB) dengan nilai masing-masing 54,2 % dan 14,6 %.

Sedangkan pada kedalaman 10 meter persentase penutupan karang hidup pada stasiun ini 22,16% (kondisi rusak). karang hidup ini didominasi oleh Non Acropora masive (CM), Sponge (SP), dan persentase penutupan karang mati sangat tinggi yakni 77,84 %.

Kondisi pada stasiun ini hampir sama dengan kondisi pada stasiun I. dimana penyebab kerusakan karang akibat kegiatan illegal fishing (pemboman), Destructive fishing (menangkap dengan cara merusak), pemasangan bubu untuk menangkap ikan hal ini ditandai dengan banyaknya karang yang mati dan patahan-patahan karang.

Melihat hasil identifikasi kondisi terumbu karang di perairan pulau Saponda dimana persentase penutupan karang hidup yang berkisar antara 22,16% - 69,14% dan persentase penutupan karang mati yang berkisar antara 30,8% - 77,84% yang menunjukkan kondisi karang yang sudah rusak yang diakibatkan oleh kegiatan nelayan dalam melakukan penangkapan ikan dengan cara illegal fishing (pemboman, pembiusan), Destructive fishing (menangkap dengan cara merusak seperti menggunakan bubu yang menggunakan karang sebagai pemberat dan kamuflase) penambangan karang untuk rumah tangga, maka diperlukan pengawasan, pengendalian dan operasi yang lebih intensif sesuai wilayah kerja terutama dari Satuan Pengawasan Perikanan PPS Kendari untuk melakukan operasi dan bekerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kota/Propinsi, Polri (Densus 88, Polair), TNI AL dan LSM.

Pengirim : Mukhtar, A.Pi

Kepala Satker PSDKP Kendari

http://mukhtar-api.blogspot.com

www.p2sdkpkendari.com

Tidak ada komentar: