Dalam pidato pembukaannya, Menteri Kelautan dan Perikanan, Freddy Numberi menyampaikan bahwa walaupun saat ini pengelolaan sektor perikanan telah menunjukkan berbagai kemajuan, namun masih memerlukan kerja keras dan kerjasama berbagai pihak, dalam lingkup regional maupun global, dalam menghadapi kondisi serius pengurangan sumberdaya alam, kemiskinan nelayan, dan ancaman perubahan iklim.
Banyak daerah penangkapan ikan di
Guna mengendurkan tekanan pada sector perikanan tangkap, maka peran akuakultur diharapkan dapat menggantikannya. Saat ini akuakultur di Asia Pasifik telah menunjukkan perkembangan produksi yang menggembirakan, namun harus diupayakan kualitas operasionalisasinya harus bertanggung jawab dan ramah lingkungan. Dalam pertemuan APFIC ke-30 ini diharapkan dapat disepakati tentang implementasi program Sertifikasi Akuakultur.
Disamping berfungsi untuk menyediakan pangan yang bergizi bagi masyakarakat, serta melakukan pengelolaan secara berkelanjutan dan bertanggung jawab, sektor perikanan juga menghadapi permasalahan internal yang sangat penting, yakni menanggulangi kemiskinan masyarakat nelayan itu sendiri. Apalagi saat ini sedang diperparah oleh kenaikan harga bahan bakar minyak dunia. Pertemuan APFIC ke-30 diharapkan membahas secara mendalam pola subsidi, program pengembangan nelayan tradisional kea rah perikanan samudera, cara penanganan dan pengolahan ikan, termasuk untuk memperoleh nilai tambah produk, penciptaan mata pencaharian alternative, serta terus mendorong system co-management yang saat ini telah berkembang baik.
Agenda yang disoroti secara serius dalam APFIC ke-30 ini juga akan membahas tentang ancaman perubahan iklim terhadap kelautan, terutama sector perikanan, termasuk kehidupan masyarakatnya. Diharapkan mulai dipikirkan tentang dampak pemanasan global terhadap pemukiman nelayan, dan kemungkinan perubahan yang terjadi pada biota perairan. Materi mengenai dampak perubahan iklim dan peran laut terhadap perubahan iklim itu sendiri, tentu terkait dengan CTI (Coral Triangle Initiative) dan penyelenggaraan WOC (World Ocean Conference) 2009.
CTI adalah kolaborasi enam negara (Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Timor Leste, dan Solomon Islands) yang memiliki sebagian besar kawasan terumbu karang dunia, dengan didukung oleh beberapa negara besar, untuk mengelola terumbu karang secara intensif dan positif. WOC 2009 yang diselenggarakan atas inisiatif
Manado, 11 Agustus 2008, Kepala Pusat Data, Statistik dan Informasi,
Ttd Soen’an Hadi Poernomo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar