Senin, 18 Agustus 2008

Habitat Penyu Alami Ancaman Serius

Jakarta (ANTARA News) - Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) mengungkapkan saat ini habitat penyu di Indonesia khususnya dan di dunia umumnya mengalami ancaman yang serius sehingga populasinya terus menurun.

Dirjen Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K), DKP, Syamsul Maarif di Jakarta, Jumat menyatakan ancaman utama terhadap kelestarian penyu di dunia terutama karena ekploitasi berlebih (unsustainable exploitation), perusakan terhadap habitatnya khususnya tempat bertelur dan mencari makan.

"Selain itu juga kematian-kematian akibat penangkapan tak sengaja oleh nelayan," katanya ketika menjelaskan rencana Pertemuan V IOSEA, 18-23 Agustus 2008 di Bali, dan Konferensi Nasional (Konas) VI tentang Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan, 25-29 Agustus 2008 di Manado.

Salah satu tindakan yang mengancam kelestarian penyu di Indonesia yakni perdagangan telur penyu oleh masyarakat karena komoditas tersebut memiliki nilai jual yang tinggi yakni sekitar Rp10.000 per butir.

Tak hanya telur, namun juga binatang penyu yang turut diperdagangkan baik untuk hiasan maupun diambil dagingnya sebagai konsumsi.

Berdasarkan catatan DKP, dari tujuh spesies penyu yang tersisa di dunia saat ini enam diantaranya ada di Indonesia namun kondisinya sangat kritis baik jumlah populasi sehingga dimasukkan dalam spesies yang terancam menurut Appendix I Cites.

Oleh karena itu, tambahnya, sebagai wujud komitmen Indonesia dalam upaya konservasi laut serta pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan secara lestari DKP melalui Ditjen KP3K akan menyelenggarakan The Fifth Meeting of the Signatory State to the Memornadum on the Conservation and Management of Marine Turtles and Their Habitats of the India Ocean and South-East Asia (IOSEA).

IOESA merupakan kesepakatan negara-negara di wilayah Samudra Hindia dan Asia Tenggara yang konsern dalam melakukan konservasi dan mengurangi penurunan populasi penyu (turtle).

Saat ini, Rencana Aksi Konservasi dan Pengelolaan (The Conservation and Managemant Plan) dari IOSEA berisi 24 program dan 105 aktivitas spesifik yang fokus terhadap pengurangan ancaman, konservasi habitat kritis.

Selain itu, pertukaran data ilmiah/scientifik, peningkatan partisipasi dan penyadaran masyarakat (public awareness), promosi kerjasama secara regional, dan share dana untuk implementasi secara bersama.

Wilayah IOSEA mencakup Samudera Hindia dan perairan laut Asia Tenggara, yang diperluas sampai bagian timur dari Selat Torres (Torres Strait ).(*)

http://www.antara.co.id/arc/2008/8/15/habitat-penyu-alami-ancaman-serius/

Tidak ada komentar: