Sabtu, 21 Maret 2009

Alarm Bagi Industri Perikanan

Laporan terbaru yang dikeluarkan PBB, kemarin (2/3), memperingatkan supaya industri perikanan mulai mengambil ancang-ancang dengan persoalan tangkapan berlebih.

The State of World Fisheries and Aquaculture (Sofia), badan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mengurus perikanan, dalam pengamatannya mulai menemukan sejumlah perubahan distribusi spesies ikan di laut dan air tawar.

Spesies yang biasa hidup di perairan hangat mulai terdorong ke kutub dan dihadapkan pada kondisi habitat dan produktivitas berbeda.

"Dan, perubahan iklim berdampak pada proses biologis musiman yang selama ini merupakan pemisah rantai makanan di laut dan air tawar. Konsekuensinya bagi produksi ikan sampai sekarang belum bisa diprediksi," demikian hasil studi dari Sofia.
Kevern Cochrane, penulis utama laporan itu menyebutkan bahwa komunitas perikanan perlu segera ditolong supaya mereka bisa tahan dengan dampak buruk yang ditimbulkan perubahan iklim.

Studi dari Sofia dikompilasi dengan studi yang dilakukan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) sehingga ditarik kesimpulan bahwa stok ikan secara bertahap terus berkurang.
Overfishing atau penangkapan ikan secara berlebihan telah mempengaruhi 19% stok ikan dari industri komersial yang selama ini dimonitor oleh FAO.
"Daerah yang stoknya terpantau telah menipis drastis antara lain di Timur Laut Samudera Atlantik, sisi Barat Samudera India, dan Barat Daya Samudera Pasifik," ungkap FAO.
Badan pangan PBB itu juga mengkritik minimnya upaya negara-negara dalam mengatur penangkapan ikan menggunakan pukat, penangkapan hiu, dan mengatasi illegal fishing.(Ccr/ AFP/X-9)
Sumber : Harian Media Indonesia; Selasa, 3 Maret 2009


Tidak ada komentar: